Minggu, 29 Mei 2016

Benchmark Education di Korea Selatan 12-16 April 2016


Kota Seoul memang menyisakan kenangan manis. Sisa-sisa Cherry Blossom yang belum gugur karena peralihan musim panas ke musim dingin menjadi saksi perjalanan Benchmark Education  yang digagas oleh PT Telkom Indonesia dan PGRI sebagai bentuk penghargaan kepada 8 pemenang kompetisi My Teacher My Hero 2015, desember silam. 


Program  Benchmark Edu ini baru terlaksana pada tanggal 12-16 April 2016 karena menyesuaikan jadwal dari berbagai pihak terkait.  Kami mendarat di Bandara Incheon setelah 6-7 jam perjalanan dengan perbedaan waktu 2 jam lebih awal dari Jakarta. Saat itu cuaca cukup dingin  bagi warga negara tropis yang hanya memiliki 2 musim. Kami ber8 berangkat bersama 8 orang Pengurus Besar PGRI dan 1 orang dari PT Telkom.

NO
NAMA
JABATAN
1
MUHAMAD USMAN TONDA
KETUA PB PGRI
2
MUHAMMAD ASMIN
KETUA PB PGRI
3
ABDUL HAMID
WAKIL SEKJEN PB PGRI
4
FARIDA YUSUF
WAKIL SEKJEN PB PGRI
5
FATHIATY MURTHADHO
WAKIL BENDAHARA PB PGRI
6
MOHAMMAD ABDUH ZEN
SEK. DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT PB PGRI
7
MUHAMMAD SIBROMULISI
SEK. DEPARTEMEN ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN HUKUM PB PGRI
8
MUHAMAD WAHYUDDIN
POKJA KERJA SAMA PB PGRI
9
AMIROH
SMKN 3 JOMBANG
10
ARY GUNAWAN
SMP MUHAMMADIYAH 3_DEPOK SLEMAN
11
FATHUR RACHIM DARMANSYAH
SMAN 10 SAMARINDA
12
HANRI EKO SAPUTRO
SMP N 2 REMBANG
13
HENDRIYADI BAHTIAR DAENG SILA
SAHABAT PULAU SELAYAR
14

LYDIA VALENSIA BACHRI
SMA NEGERI 5 PALEMBANG
15
ROHMAT ISNAINI
SMKN 1 KEDAWUNG
16
NENY ELSE JOSEPHINE
SMAN 2 SURABAYA

Sempat terbesit pertanyaan mengapa harus ke Korea Selatan, bukankah masih banyak negara lain yang dapat dijadikan tempat untuk Benchmark Education Indonesia Digital Learning? Sesampainya di Korsel aura digital begitu terasa. Hampir disemua tempat wifi dapat diakses dengan mudah. 

Negara ini memiliki 116 surat kabar harian, televisi dengan 2 jaringan nasional, 47 channel,., lebih dari 6500 majalah, 2000 mingguan, 3300 bulanan . Masyarakat korea juga menggunakan teknologi komunikasi yang baru. Lalu rasa penasaran ini berlanjut dengan pertanyaan Bagaimana sistem pendidikan di korea selatan?

Pada kesempatan yang langka dan berharga ini kami mengunjungi Kojan Elementary School yang terletak di Gojan-dong, Ansan dan Buwon Girls Middle School yang berlokasi di Incheon Korea Selatan. Kami melaksanakan tugas sesuai kapasitas dan fungsi masing-masing. 

8 Pemenang MTMH 2015
Pengurus Besar PGRI
Dari hasil pengamatan di kelas dan sharing kami di dua sekolah tersebut ada beberapa informasi yang dapat kami ambil diantaranya:
1. Tidak ada sistem ujian nasional atau ujian kenaikan kelas di korsel. Anak-anak akan langsung naik kelas dengan sendirinya. Mereka hanya dibatasi ketidakhadiran di kelas, apabila dirasa kurang, guru akan memberikan tambahan.Tetapi untuk masuk perguruan tinggi memang peserta didik harus bersaing.

2. Orang tua peserta didik memilihkan sekolah utuk anak-anak mereka berdasarkan lokasi tempat tinggal. Jadi jika ingin menyekolahkan anaknya ditempat sekolah ynag mereka inginkan maka lokasi rumah mereka harus dekat dengan sekolah tersebut. Hal ini mengakibatkan bahwa harga jual rumah yang terletak di sekolah bagus akan lebih mahal.

3. Proses seleksi perekrutan guru berlangsung cukup ketat, karena guru adalah salah satu pekerjaan favorit di korsel.

4. Transfer dari buku kertas tradisional ke buku digital sangat terasa di kelas. Umumnya pemerintah akan menyediakan tablet untuk sekolah. Antara buku teks dan program di tablet sudah terorganisir  dan terancang dengan baik. "Transfer dari buku kertas tradisional untuk buku digital akan memungkinkan siswa untuk meninggalkan ransel mereka berat dan menjelajahi dunia di luar kelas." 

5. Guru-guru di korsel juga membuat RPP yang lengkap.




Diskusi panel dengan guru dan kepala sekolah Kojan Elementary School

Diskusi Panel Dengan Guru di Bowon's Girl Junior High School

 Berinteraksi di Kelas "Buwon's Girls School"


Lelah perjalanan di Korsel seolah terbayar dengan oleh-oleh ilmu dari negeri gingseng ini. Perjalanan ini memberi arti untuk terus berupaya memberikan performance terbaik sebagai seorang guru kepada anak-anak didiknya. Totalitas dalam berkarya, kerja keras dalam membuat perubahan di dunia digital memang ada di tangan para pendidik yang percaya bahwa " Mengajar dan mendidik 1 siswa dengan baik sama saja memberikan 1 masa depan untuk mereka. Mengajar dan mendidiklah dengan cinta maka cinta itu akan kembali kepada kita". 
 










Tidak ada komentar: